Rabu, 19 Juni 2013

Stadium



   Percaya atau tidak, sukses tidaknya sebuah klub bisa dilihat dari fasilitas yang dimiliki. Khususnya stadion. Bagi Barcelona, stadion juga melukiskan rentang historis yang terbagi menjadi tiga lapis. Lapis pertama tentu saja pada periode awal kala sebagai klub baru, Barcelona sama sekali tak memiliki kandang.
  
   El Barca sempat jadi “suku nomaden” yang kerap berpindah domisili pada awal-awal berdiri hingga ankhirnya pada 1908, Joan Gamper mengambil alih tampuk kepresidenan sebagai upaya untuk menyelamatkan klub dari kebangkrutan. Gamper pun mematok dua target utama, mendapat pemasukan yang stabil dan memiliki stadion.
  
   Pada 14 maret 1909, Gamper membawa El Barca ke kandang baru mereka, Camp de la Industra. Stadion berkapasitas 8.000 itu didapuk menjadi kandang pertama sekaligus menandai lahirnya kembali FC Barcelona.
  
   Selama berkandang di Camp de la Industra, Gamper giat mencari member klub. Kerja keras Gamper tak sia-sia. Gamper sukses merekrut lebih dari 20 ribu member. Dari sumbangan dana member inilah, El Barca bisa membangun stadion baru, Camp de Le Corts atau biasa disebut Les Corts yang diresmikan 1922.

  
   Saat diresmikan, Les Corts mampu menampung 20 ribu penonton. Era baru El Barca dimulai. Les Corts mendapat kepercayaan sebagai arena digelarnya final Copa del Rey pada 13 Mei 1923. Setelah itu, menyusul laga-laga lain berkelas lokal hingga regional.
  
   
   Sepanjang sejarah berdirinya, Les Corts punya banyak kisah manis dan pahit. Kisah pahit adalah saat ditutupnya Les Corts selama enam bulan oleh diktator Primo de Rivera. Sang diktator murka saat mendengar penonton yang mencemooh lagu kebangsaan Spanyol , namun memberi aplaus kepada lagu kebangsaan Inggris. Primo de Rivera punmenuding Gamper menjadi sosok yang membangkitkan semangat nasionalisme rakyat Catalan. Selain menutup Les Corts, sang diktator pun mengasingkan Gamper dari tanah Spanyol.

   Bagi publik Barcelona, Les Corts adalah penanda era keemasan pertama mereka. Di sinilah muncul nama-nama besar macam Paulino Alcantara, Sagibarba, Ricardo Zamora, Josep samitier, Felix Sesumaga, Franz Platko, Joan Segarra, Luis Suarez, hingga Sandor Kocsis. Di Les Corts, El Barca menjelma menjadi salah satu klub level atas Spanyol. Les Corts pun terus berkembang dan berulang kali diperbarui hingga mencapai kapasitas 60 ribu.

   Meski terus diperbesar, Les Corts tetap tak mampu menampung jumlah suporter yang kian bertambah banyak. Apalagi sejak memutuskan mendatangkan Ladislao Kubala, bintang Hungaria yang disebut sebagai salah satu pemain terbesar El Barca.

  
   Mau tidak mau, El Barca pun harus membangun kandang baru. Stadion anyar ini diarsiteki Francecs Mitjans Miro dan Josep Soteras Mauri yang berkolaborasi dengan Lorenzo Garcia Barbon. Konstruksi awal pun mulai dibangun pada 28 Maret 1954.

   Pembangunan stadion baru ini memakan biaya 288 juta pesetas. Melambung lebih dari 300% dari anggaran semula. Meski begitu, proses pembangunan stadion baru Blaugrana tak bisa dihentikan. Setelah memakan waktu lebih dari tiga tahun, pada 24 September 1957 markas baru Blaugrana pun resmi dibuka.

   
   Nama resmi stadion ini adalah Estadi de FC Barcelona. Nama Camp Nou adalah ungkapan publik Catalan terhadap stadion baru mereka. Namun, lewat pemungutan suara yang dilakukan para member El Barca di musim 2000-2001, diputuskan menjadikan Camp Nou sebagai nama resmi stadion. Dari 29.102 suara yang masuk, 19.861 (68,25%) memilih Camp Nou ketimbang Estadi del FC Barcelona.

   
   Selaras dengan slogan “More than a club”, Camp Nou pun lebih dari sekedar stadion. Segalanya serba kelas satu. Tak heran jika Camp Nou mendapat rating bintang lima dari UEFA. Hanya ada tiga stadion lain di Spanyol yang mendapat rating serupa yaitu Stadion Luis Companys (kandang lama Espanyol), Stadion Olimpic Cartuja Sevilla, dan Vicente Calderon (kandang Atletico Madrid).
Memiliki tinggi maksimum 48 meter dan berkapasitas resmi 99.354, Camp Nou merupakan stadion terbesar di Eropa. Bahkan kapasitas Camp Nou pernah mencapai 120 ribu ketika gelaran Piala Dunia 1982.


   Berbagai fasilitas papan atas disuguhkan di Camp Nou. Selain ruang ganti pemain, ada presidential box, VIP lounge, ruang pers, studio televisi, pusat kesehatan, museum klub, kantor, hingga taman kanak-kanak. Camp Nou memang bukan stadion biasa.

Junjung Demokrasi




   El Barca memang bukan klub biasa. Mereka berbeda dengan klub lain. Satu hal yang paling kentara adalah cara mereka dalam memilih orang nomor satu alias presiden klub. Tak ada penunjukan oleh dewan direktur, apalagi pemodal. Barcelona adalah satu dari sedikit klub Spanyol yang presidennya dipilih langsung oleh fans yang tercatat sebagai member klub. Proses pemilihan presiden secara demokratis sudah terjadi sejak El Barca terbentuk. Kala itu Walter Wild terpilih menjadi presiden pertama secara aklamasi oleh 11 pendiri.

Joan Gamper
   Sang pionir, Joan Gamper baru menjadi presiden pada 1908. Gamper menjadi presiden ketujuh Barca setelah mengambil-alih kepresidenan untuk mencegah klub dari kebangkrutan. Kala itu El Barca dilanda krisis keuangan akut menyusul puasa gelar nan panjang.

   Selama kurang lebih 25 tahun, Gamper terus bekerja keras membuat El Barca meraih salah satu tujuan besar mereka, memiliki stadion sendiri yang berdampak terhadap stabilnya pemasukan. Tak heran, sosok Gamper sangat diagungkan para Cules. Sosoknya kini diabadikan lewat sebuah mini turnamen di awal musim yang mempertemukan Barcelona dengan klub-klub besar eropa dan dunia.

   Proses demokrasi ala Blaugrana kembali terjadi pada tahun 1978. Josep Lluiz Nunez menjadi presiden El Barca pertama yang dipilih langsung oleh member klub. Nunez bertahan sebagai presiden selama 22 tahun. Presiden terlama dalam sejarah klub.

   Pengganti Nunez, Joan Gaspart, gagal mengikuti jejak seniornya. Dia dipaksa mundur pada 2003 setelah hampir 3 tahun bertakhta tapi tak ada satu pun tropi yang dipersembahkan. Baru kemudian masuk Joan Laporta. Dia sukses membawa El Barca kembali ke era keemasan. Laporta tak Cuma berperan dalam mendatangkan pemain-pemain bintang seperti Ronaldinho yang berperan besar dalam sukses Barcaelona sejak 2003. Tapi, dia telah melahirkan seorang pelatih muda yang juga punya peran sangat besar dalam kesuksesan terbesar Barcelona pada  2009, Josep Guardiola.